Manusia Harus Gagal
Kehilangan memang berat apalagi kehilangan benda-benda yang dinilai berharga dari sudut pandang orang yang kehilangan itu sendiri. Kehilangan menuntun kita pada perasaan sedih, takut, bahkan depresi. Semua tergantung nilai dari barang yang hilang itu. Tetapi banyak yang menyikapi kehilangan dengan biasa saja karena keberadaan benda itu sudah digantikan dengan benda lain yang dinilai lebih berarti. Atau karena orang lain menilai barang yang hilang itu sudah kuno dan perlu diganti dengan yang lebih modern. Misalnya seorang pekerja kehilangan Hp yang dipakainya selama masa remaja tetapi ia baru saja membeli Hp baru dengan merk terkenal dan harga yang lebih mahal. Ia bisa saja tidak merasa kehilangan karena keberadaannya sudah terganti.
Manusia selalu memiliki hasrat untuk menginginkan sesuatu yang lebih dari yang mereka punya. Mereka berlomba-lomba membeli barang yang bahkan-bisa dibilang-mereka sendiri tidak suka hanya untuk memperoleh kesan lebih baik dari orang-orang di sekitarnya. Terutama dari musuhnya. Hal itu tentu tidak sehat bagi kondisi psikis. Apa yang mereka dapat hanyalah kenikmatan yang sementara.
Kegagalan sama menyedihkannya dengan kehilangan. Keduanya terdengar negatif. Kita harus bisa menerimanya karena hal-hal negatif dalam hidup, secara sadar atau tidak, menjadi semacam jembatan menuju kesuksesan. Terdengar klasik memang. Tapi itu benar. Seseorang tidak akan mahir di suatu bidang tanpa kehilangan waktunya untuk menekuni bidang tersebut. Sebenarnya dalam konteks ini bukan kehilangan waktu, tapi ia sengaja mendedikasikan waktunya untuk hal itu. Istilah dalam bahasa Inggrisnya; No Pain, No Gain.
Inti dari pembahasan ini sebenarnya adalah bahwa kehilangan dan kegagalan itu hal yang lungkrah. Tidak harus diratapi secara berkepanjangan. Semua orang pernah kehilangan. Di masa depan mereka menyadari bahwa kehilangan membawa sesuatu yang baru, yang lebih berharga, hadir dalam kondisi kehidupan yang baru pula. Kegagalan menjadi pengalaman dan pelajaran sehingga menjadikan mereka manusia yang lebih baik.
Manusia selalu memiliki hasrat untuk menginginkan sesuatu yang lebih dari yang mereka punya. Mereka berlomba-lomba membeli barang yang bahkan-bisa dibilang-mereka sendiri tidak suka hanya untuk memperoleh kesan lebih baik dari orang-orang di sekitarnya. Terutama dari musuhnya. Hal itu tentu tidak sehat bagi kondisi psikis. Apa yang mereka dapat hanyalah kenikmatan yang sementara.
Kegagalan sama menyedihkannya dengan kehilangan. Keduanya terdengar negatif. Kita harus bisa menerimanya karena hal-hal negatif dalam hidup, secara sadar atau tidak, menjadi semacam jembatan menuju kesuksesan. Terdengar klasik memang. Tapi itu benar. Seseorang tidak akan mahir di suatu bidang tanpa kehilangan waktunya untuk menekuni bidang tersebut. Sebenarnya dalam konteks ini bukan kehilangan waktu, tapi ia sengaja mendedikasikan waktunya untuk hal itu. Istilah dalam bahasa Inggrisnya; No Pain, No Gain.
Inti dari pembahasan ini sebenarnya adalah bahwa kehilangan dan kegagalan itu hal yang lungkrah. Tidak harus diratapi secara berkepanjangan. Semua orang pernah kehilangan. Di masa depan mereka menyadari bahwa kehilangan membawa sesuatu yang baru, yang lebih berharga, hadir dalam kondisi kehidupan yang baru pula. Kegagalan menjadi pengalaman dan pelajaran sehingga menjadikan mereka manusia yang lebih baik.
Paragraf ketiga gue sadur dari buku terjemahan Sebuah Seni untuk Bersikap Bodo Amat
ReplyDelete